Minggu, 20 November 2011

KAOS GAUL

Ngomong-ngomong masalah Baju.. khususnya Atasan, sampai dengan masa SMA, hmm.. sebentar, saat kuliah pun, Aku tidak memiliki banyak baju casual (kaos), baik itu kaos oblong maupun kaos yang berkerah. Di masa itu, bahkan aku hampr tidak punya kaos gaul. Definisi Kaos Gaul disini, adalah kaos yang dijual di Matahari. Yang menurutku, setiap aku melihatnya.. wah, pengen mencomot sepuas hati. Bagus2, cerah2, eye cacthing, dan sebagainya… wes menarik hati dah.. aku selalu berfikir, aku pasti keren kalo pake kaos itu… Tetapi, ya apa daya, I don’t have enough money for buy it self. Apalagi minta orang tua… bisa dipanggang hidup-hidup aku.. wkwkwk.. lebay.. maksudnya, kebutuhan baju masih belum menjadi prioritas utama dalam APB Keluargaku…:D beda kalo seragam sekolah ya…;)

Uang saku harianku dikisaran 5.000 dan bisa sisa 2.000 – 3.000an, kalo aku bawa bekal dari rumah dan ketika pulang sekolah aku jalan ke RSI. Otomatis, pengeluaran pure ku hanyalah untuk pulang naek bemo putih H2 jurusan RSI – Sepanjang. Tetapi kalo ga bawa bekal alias bontotan, wah, bisa-bisa malah hutang temen sebangku ato ibu-ibu kantin… hehee… becanda. Kalo sudah gitu, Kadang ga bersisa sama sekali.

Rinciannya nih ya, 2rb untuk makan siang + 1rb untuk minum/jajan.nya, 1rb untuk minum/jajan diperjalan pulang, 2rb untuk ongkos bemo ke rumah. Habis kan? Hehehe… ada kala.nya sih, setelah Orang Tua membelikanku sepeda ontel, aku bisa berhemat cukup, karena uang ongkos bemo bisa ditabung… tapi duitnya habis buat warnet, beli CD game, beli alat tulis ato mungkin jajan pas hang out diwaktu weekend. Karena itu adalah prioritasku, sedangkan, kaos gaul apalagi sepatu gaul (converse dan sejenisnya, yang lagi ngetrend waktu itu), haduh.. benar-benar tidak masuk dalam list kebutuhan primer yang harus aku beli dengan uangku sendiri, saat itu. 

Baju dan Sepatu. Aku masih bergantung sepenuhnya dari Orang Tuaku, khususnya Bapak. Kadang, bajuku adalah lungsuran (turunan, red.) dari Bapakku atau malah makenya gantian. Hehe… padahal sebenernya prinsipku, baju ga boleh gantian, tapi gmn lagi, keadaannya memang kayak gitu… ya disyukuri aja… udah untung ada baju kan? :D

Beberapa kali, tiba-tiba Ibu atau Bapak ngasih aku baju, ya walaupun bukan kaos gaul seperti yang aku mau, kadang oleh-oleh dari mana gitu, even mungkin kaos2 second hand, tapi tetap aku terima dengan senyum. Aku anaknya ga banyak comel, dikasih ya aku terima dan aku mensyukuri apa yang sudah aku punya. Beberapa pamanku bilang aku anaknya pendiam, dikasih hadiah diam ga heboh, dimarahin diam ga mbentak2, kalo aku lagi BT apalagi- aku akan diam seribu bahasa… hahaha..

Kalau ada rezeki, Bapak baru mengajakku untuk beli baju bareng. Lagi-lagi bukan untuk beli kaos gaul seperti keinginanku, tapi, kami berdua berburu di pasar gembong, lebih khususnya di divisi pakaian. Hehehe… tau gembong gak? Deketnya RS Adi Husada Sidotopo, hmm, kalo dari arah Wijaya Kusuma (THR) ke arah Sidotopo ntr ada perempatan sebelum rel kereta api, kalo belok kanan ke stadion tambaksari, nah, jalur lurus kearah sidotop sampai perlintasan kereta api itulah Jl. Gembong. Masih belum nggeh juga, bentar, tau pasar loak di dupak? Jl. Gembong adalah versi kembarannya tapi yang dijual adalah barang-barang kecil seperti lampu, TV, uang kuno, kaset, alat2 pertukangan sampai dengan pakaian…;) fahimtum? Hehe…

Nah, back to Gembong.. Waktu itu, aku ingat, Bapakku selalu memberiku wejangan..
“gak papa beli baju bekas, yang penting bisa milih”
“ojok isin, seng penting pantes digawe, ga suwek-suwek”
Dan aku pun bisa menjawab dalam kediamanku..:)
“iya Pak..”, anakmu ini selalu sami’na wa’atho’na.
Aku tidak pernah protes, aku tidak pernah mencak-mencak seperti anak-anak lebay yang marah-marah ke Orang Tuanya karena tidak dibelikan sepatu converse terbaru atau bahkan aku pun tidak pernah nangis bengok-bengok seperti anak-anak kecil yang tidak belikan es potong oleh Ibunya disekolah. Dari dulu prinsip utamaku tetap, Aku diberi, Aku terima. Aku mensyukuri semua yang aku punya. Dan aku juga melihat kondisi orang tua.ku, aku ga akan minta yang sekiranya mereka tidak bisa approve permintaanku, timbang mangkel, mending secara otomatis ngertiin kondisi orang tua lah. Ya ndak? :P

Aku menikmati ketika mencari-cari, memilih-milih dan mencoba-coba baju dan kaos di Pasar Gembong Divisi Pakaian bersama Bapakku. Bagaimana proses Tawar-menawar harganya dan rasa puasnya ketika mendapatkan baju buaagus dengan harga yang muuuwwwrah *lebay. Hahaha… sampai dirumah, langsung setor ke laundry dan beberapa hari kemudian, Ta Da.. bajuku kembali baru dan wangi-wangi… hehehe…

Tapi, ada tapinya nih… karena mayoritas bapakku yang milih.. jdi ya selera pakaian bapakku yang banyak terbeli… makanya, bajuku waktu itu banyak seng koyok bapak-bapak. Dan tetap ada tapinya juga… tapi, gimana-gimana harus di… S Y U K U R I… Alhamdu… Lilllaaahhh….

Aku bangga punya Bapak yang selalu bisa membesarkan hati Istrinya, Anak-anaknya dan Keluarganya. Walau disampaikan dalam bentuk lelucon, tapi ada makna-makna tersirat dari guyonan itu. Seperti misalnya ketika aku tanya, kok Ibu ga pernah pake perhiasan macam gelang, cincin atau kalung. Dijawab sama Bapak,
“biyen pas kate mlebu Al Hikmah, perhiasane Ibumu didol kabeh gawe mbayar pendaftarane. Kon nggawe gelang karet, lek podo ae…”
Menceritakan gmn perjuangan Ibu untuk pendidikan anak-anaknya, tapi dibumbui lelucon macam itu… hehe… atau tentang baju sebagaimana telah aku ceritakan diatas.
“percuma ae lek tuku klambi larang-larang, tapi ga isok milih. Klambi carbong *cakar bongkar refers to ketika milih2 bajunya…:D* gak popo, asal pantes ambe isok milih. Ngko lek Bapak ono duek akeh baru milih klambi temenan nang matahari…”
Bapakku memberi pengertian keadaan kami yang belum mampu sekaligus membesarkan hati kami agar tetap dan selalu percaya diri.

Baju-Baju Bapak-Bapak itu lah yang memantaskanku melintasi dunia perkuliahan, mulai dari ospek (baju hem putih-putih), masa-masa kuliah (baju bunga-bunga) sampai PLKH (baju formal dan jas). Tidak ada yang memandangku sebelah mata, lagipula semua sama dimata Tuhan – Pakaian bukanlah satu pembeda jelas – asalkan dipakai secara pantas dan menutup aurat, dan aku pun bisa menjadi Panitera sampai Penasehat Hukum Terdakwa disaat Pe eL Ka Ha dengan Pakaian Carbong itu…;)

Namun, ada kalanya juga aku bisa mempunyai kaos gaul itu. Setahun Sekali pastinya, itupun juga ga selalu saban tahun sekali. Trutama pas hari raya idul fitri setelah puasa. Nah, Omku, adeknya Bapakku yang kedua, Beliau seorang Advokat dan pada saat itu (masa aku SMA – awal-awal perkuliahan) sedang berada dipuncak keemasannya. Setiap hari raya, mengajak semua keponakannya, including me!:D untuk belanja baju baru.. Alhamdulillah, tuk dipakai dihari raya… hehe.. yang aku ingat jelas waktu itu diajak ke Ramayana Bungur.. yaa, bukan Matahari sih, tapi paling gak KW Supernya Kaos Gaul lah… hehe.. Akhirnya, aku bisa memilih kaos2 gaul KW Super itu langsung dengan tanganku sendiri dan sesuai dengan seleraku.. senengnya… hehe.. tapi, ga bisa comot sepuasnya, Ntr tanteku bisa mencak2 tari kecak di sana… wkwkwkwk… Aku beli sekitar 3 potong kaos, 1 potong baju berkerah dan 2 biji celana… seingatku itu sih… hehehe…

Hal ini berlangsung sampai aku sudah magang di kantorku sekarang ini, yah, Alhamdulillah, ada pemasukan rutin saban bulan yang membuatku bisa menabung rutin juga. Pernah juga, ketika acara liburan kantor, kan dapat uang saku tuh, uang sakunya aku irit2in, untuk aku bawa ke Surabaya lagi… B E L A N J A ! ! ! hehe..

Dan, Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji kepada Allah, Tuhan Semesta Alam.. ketika tabunganku sudah berkecukupan dan ada beasiswa dari Mandiri yang cair. Aku bisa melihat-lihat, memilih-milih, mencoba-coba dan membeli kaos gaul sendiri di MATAHARI…:) senengnya ga karu2an…:’( Rasanya PUAAAASSSS banget… akhirnya, keinginanku selama ini bisa terlaksana juga… Alhamdulillah ya Allah…:) kejadian itu sekitar akhir tahun 2010. Saat dapat Rezeki dari THR dan Bonus Kantor, sekaligus dapat beasiswa dari Bank Mandiri… wow.. langsung aku belanja kaos gaul, yang selama ini jadi kebutuhan tersier. Sudah keinginan terpendam sejak dulu sih…:D kenapa? Ga Beli HP? Aduh, endak deh… itu masih tersier tingkat 3… hahaha.. eits, tapi itu juga ada ceritanya sendiri lo…;) ntr yah… menyusul…:D kerjaan lagi sak kapal tanker soalnya… Alhamdulillah…

Kamis, 10 November 2011

DUA RIBU RUPIAH

Pernah suatu hari, Aku sedang lapar dan seingatku pada hari itu, di rumah tidak ada makanan yang bisa mengganjal perutku. Kemudian aku minta uang ke Bapak yang sedang tiduran di kamar, ya sekedar 5.000 atau 10.000 untuk beli makan diluar. Tapi, ada daya, Bapak tidak memberiku uang karena Bapak benar-benar sedang tidak ada uang.

“ Ya Allah, cuman 5rb – 10rb aja Pak.. Moso ga ono?” Seruku setengah tidak percaya. Lalu, dijawab dengan yakin dan sedikit menyesal oleh Bapak kalau Beliau memang sama sekali belum ada uang.

Saat itu aku masih SMA, ya cukup lah apabila dikatakan memasuki usia dewasa dan harusnya mengerti dengan keadaan orang tua. Tetapi, justru bukankah SMA itu masa-masa dimana keegoisan dan jiwa-jiwa pemberontak juga masih menggelora-geloranya. Aku berusaha mengerti keadaan Bapakku yang tidak punya Uang, tapi berbanding lurus dengan usaha itu, Aku juga marah dengan Beliau- marah dengan keadaan- marah dengan diriku dan marah-marah dengan entah siapa, pastinya aku jengkel ga karu-karuan. Sempat aku sedikit membentak, karena dipengaruhi rasa jengkel, marah, sebal, BT, semua campur menjadi satu.

Kenapa sih, Bapak ga bisa ngasih aku duit yang aku minta bukan untuk beli yang endak-endak gitu lho… I just want to buy food, your Son is Really Hungry, Dad. Bapakku hanya diam tak berkata-kata. Tetapi, even hingga saat ini, aku bisa mendengar sejuta kata penyesalan dari Beliau. Pasti beliau merasa sedih dan kecewa, kenapa tidak bisa memberiku uang. Tapi, mau bagaimana lagi, Bapak sedang belum ada uang.

Dan aku yakin, bapakku akan lebih terbebani jika aku sampai marah-marah tak terkendali. Maka dari itu, aku hanya menunjukkan rasa jengkelku saja. Selebihnya aku memilih diam dan tidak banyak bicara. Bapak sebagai kepala keluarga, seorang yang harusnya berkewajiban untuk menghidupi keluarganya. Tetapi pada hari itu, tidak bisa memberiku uang sekedar untuk mengganjal perutku yang sedang lapar.

Rasa laparku makin tidak bisa aku kendalikan, lalu, aku kalang kabut mencari uang, saat itu yang ada dipikiranku adalah uang, makan, uang, makan, aku butuh uang untuk membeli makan!! Arrgghhh… Aku endak mau berjalan gontai ke toko depan milik Bu Bambang berharap hutang atas grocery yang ingin aku beli. Aku mau beli dan membayarnya, bukan berhutang!

Aku mengusik sela-sela terdalam tas sekolahku, mungkin ada recehan yang terselip diantaranya. Aku mengais tabungan diatas meja belajar yang baru saja beberapa hari lalu aku jebol karena harus membayar lunas LKS sekolah yang sudah lama belum terbayar. Aku mencari disemua sudut kamar, lemari, meja belajar, rak buku dan apapun itu untuk berharap menemukan ripis-ripis rupiah.

Perjuanganku membuahkan hasil, aku mendapatkan cukup banyak recehan. Dua ribu rupiah, ya, aku ingat jelas hingga saat ini, Dua ribu, rupiah yang bisa membuatku melangkah tegap ke toko Bu Bambang.

Uang itu aku habiskan untuk membeli Tahu Mentah, Kerupuk, Kecap ABC 1 satchet dan 1 buah mentimun. Sesampainya dirumah, Tahu.nya aku potong dadu dan aku iris-iris persegi panjang, lalu aku goreng sampai potongan dadu kecil itu benar-benar kering dan irisan persegi panjang itu setengah matang. Lalu, aku campur nasi dengan kecap, aku kupas timun-potong ujung dan aku cacah vertikal atas kebawah-horizontal kanan kekiri lalu aku iris sampai jadi cacahan2 kecil, tahu beserta kerupuknya aku sajikan sebagai lauk. Nikmat sekali… makanan hari itu nikmat sekali buatku, salah satu moment makan yang masih aku ingat nikmatnya, sekali lagi, JELAS hingga saat ini.

Maka dari itu, beberapa waktu ketika aku memesan makanan kadang aku pesan dalam jumlah cukup banyak (tapi tetap tidak berlebihan), bukan kalap atau rakus, tetapi itu salah satu bentuk rasa syukur ku karena, Alhamdulillahirabbil’alamin, aku bisa- aku mampu dan affordable for me untuk membeli berbagai macam makanan dalam range harga yang wajar.

Tak jarang, sebelum memulai makan aku mengambil jeda doa cukup lama dihadapan makanan didepanku, karena aku mengingat-ingat momen “Dua Ribu” itu sembari memanjatkan jutaan rasa syukur kepada Allah SWT, rasa terima kasih atas nikmat makanan saat itu dan nikmat makanan yang akan aku makan saat ini.

Senin, 31 Oktober 2011

PIWULANG LUHUR

1. Yen gelem nalusuri, sejatine ora sethithik piwulang lan pitutur becik kang malah kita tampa saka wong-wong kang gawene nacad marga ora seneng marang kita, katimbang saka kanca raket kang tansah ngalembana. Awit elinga, panacad iku bisa nggugah kita nglempengake laku, dene pangalembana kepara njalari kelalen.

Kalau mau menelusuri, sebetulnya tidak sedikit pelajaran dan petuah bijak yang kita dapatkan dari orang-orang yang pekerjaannya nyacad (menghina) sebab tidak suka dengan kita, dari pada teman dekat yang selalu memuja/menyanjung. Maka ingatlah penghinaan itu bisa membangkitkan kita untuk meluruskan perjalanan hidup, sedangkan dipuja/disanjung dapat mengakibatkan kita terlena.

2. Samangsane kowe diclathu wong kanthi sengak, aja kok bales sak nalika kanthi tembung kang uga sengak. Prayoga tanggapana mawa pakarti kang alus lan sareh. Jer ya klawan laku kang kaya mangkono iku kowe bisa ngendhalekake watak kang panasbaran, ngasorake sifat kang lagi kasinungan iblis.

Sewaktu kamu dimarahi orang dengan sengit (jelek), jangan dibalas seketika dengan ucapan jelek. Lebih baik tanggapi dengan perbuatan yang baik dan sabar. Sebab dengan perbuatan yang seperti itu kamu bisa mengendalikan watak yang emosional, mengalahkan sifat iblis dalam diri kita.

3. Ing endi dununge pemarem lan katentreman? Saking angele mapanake rasa, nganti meh ora ana wong kang bisa rumangsa marem lan tentrem uripe. Mula kita kudu tlaten ngalah budi. Dhahana rasa meri lan drengki, amrih gorehing pikir bisa tansah sumingkir.

Dimana tempatnya rasa puas dan ketentraman? Sangat sulit menempatkan rasa, sampai tidak ada orang yang bisa merasakan puas dan tentram dalam hidupnya. Maka dari itu kita harus selalu bersabar. Jangan pernah ada rasa iri dan dengki, supaya pikiran jelek bisa selalu tersingkirkan.

4. Menawa kowe durung mangerteni marang bab kok anggep ora becik aja kesusu ngatonake rasa sengitmu, gedhene nganti maoni lan nglairake panacad. Awit kawruhana yen pikiran manungsa iku tansah mobah mosik lan molak-malik. Apa kang kok kira ala lan kok gethingi iku ing tembe buri bisa malih dadi kok senengi, kepara malah bisa dadi gantungane uripmu.

Seumpama kamu belum mengerti dengan permasalahan dianggap tidak baik , jangan dahulu memperlihatkan rasa bencimu, besarnya sampai membalas ucapannya dan mengeluarkan kata-kata menghina. Pertama ketahuilah bahwa pikiran manusia selalu berfikir dan berubah-ubah. Apa yang kamu kira jelek dan kamu benci itu suatu saat bisa berubah jadi kamu senangi, dan bisa berbalik jadi tempat untuk menggantungkan hidupmu.

5. Karepe wong nyatur alane liyan iku beteke mung arep nuduhake becike awake dhewe. Yen sing dijak nyatur wong kemplu, pamrih sing kaya mangkono mesthi katekane. Nanging tumraping wong mursid wong kang ngumbang rereged ing awake sarana migunakake banyu peceren malah saya nuduhake blentang-blentonge pambegan.

Maksudnya membicarakan kejelekan orang tetapi sebenarnya hanya untuk memperlihatkan kebaikan dirinya sendiri. Yang diajak berbicara orang bodoh, keinginan yang seperti itu pasti terlaksana. Tetapi untuk seorang mursid (guru) orang yang membersihkan diri dengan sarana mengunakan air yang kotor malah semakin menunjukkan aibnya.

6. Aja sok ngendel-endelake samubarang kaluwihanmu, apa maneh mamerake kasuguhan lan kapinteranmu. Yen anggonmu ngongasake dhiri mau mung winates ing lathi tanpa bukti, dhonge enggon awakmu dadi ora aji. Luwih prayoga turuten pralambange “pari dadi” kang saya isi lan mentes malah sangsaya ndhungkluk. Pari kang ndhangak nudhuhake nek kothong blong tanpa isi.

Jangan pernah menunjuk-nunjukkan semua kelebihanmu, apalagi menunjukkan ketekunan dan kepandaiaanmu. Kalau kamu dalam menunjukkan kepandaian diri hanya sebatas di mulut tanpa bukti, suatu saat dirimu jadi tidak ada harganya. Lebih baik ikuti simbolnya “padi” yang semakin isi dan berisi semakin merunduk. Padi yang menengadah menunjukkan kalau kosong momplong tanpa isi.

7. Kahanan ndonya iki ora langgeng, tansah mobah mosik. Yen sira nemahi ketunggon bandha lan kasinungan pangkat, aja banjur rumangsa “Sapa Sira Sapa Ingsun” (SSSI) kang tansah ngendelake panguwasane tumindak deksura marang sapadha-padha. Elinga yen bandha iku gampang sirna. Pangkat bisa oncat ing saben wayah.

Kedaaan dunia ini tidak pernah tetap, selalu berubah-ubah. Kalau kita lagi ditungguhi kekayaan dan pangkat derajat, jangan pernah merasa “Siapa Kamu Siapa Saya” yang selalu menunjukkan kekuasaannya bertindak semaunya pada sesamanya. Ingatlah kalau harta itu mudah habis. Kedudukan (pangkat) bisa lepas sewaktu-waktu.

8. Saiba becike samangsa wong kang lagi kasinungan begja lan kabungahan iku tansah eling, gedhene asung syukur marang kang Peparing. Awit elinga yen tumindak kaya mangkono mau kajaba bisa ngilangi watak jubriya uga mletikake rasa rumangsa yen wong dilahirake ing donya iku sejatine mung dadi lelantaran melu urun-urun, tetulung marang sapadha-padha ning titah, mbengkas kasangsaran, munggahe nggayuh hayuning jagad.

Betapa indahnya sewaktu orang yang lagi mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan haruslah selalu ingat, besarnya selalu bersyukur kepada yang selalu memberi. Maka ingatlah kalau prilaku seperti itu selain bisa mengingatkan watak curiga juga melatih rasa menyadari kalau orang dilahirkan didunia ini sebenarnya hanya jadi perantara ikut berbagi, untuk mencapai kelestarian bumi.

9. “Rumangsa sarwa duwe” lan “Sarwa duwe rumangsa” iku tinulis genah mung diwolak-walik. Nanging surasane jebul kaya bumi klawan langit. Sing kapisan nuduhake watak ngedir-edirake, wengis satindak lakune, asosial, yen nggayuh pepinginan ora maelu laku dudu samubarang pakarti nistha ditrajang wani. Dene sing kapindho, pakartine tansah kebak welas asih, wicaksana ing saben laku, rumangsa dosa samangsa gawe kapitunane liyan.

“Merasa serba ada” dan “Serba ada perasaan” itu jelas tertulis hanya dibalak-balik. Artinya sebernya seperti bumi dan langit. Yang pertama menunjukkan watak mengagung-agungkan diri, bengis setiap langkahnya, kikir, dan kalau ingin meraih keinginan tidak memperhatikan prilaku jelek semuanya dilanggar. Dan yang kedua, perbuatannya selalu penuh dengan welas asih, bijaksana di setiap langkah, merasa berdosa sewaktu berbuat merugikan orang.

10. Memitran, paseduluran nganti tumekaning jejodhowan iku yen siji lan sijine bisa emong kinemong, istingarah bisa sempulur becik. Yen anaa padudon sepisan pindho iku wis aran lumrah, bisa nambahi raketing sesambungan. Nanging suwalike yen padha angel ngenggoni sifat emong kinemong mau genah bakal langka langgenge, malah bedaning panemu sithik wae bisa marakake dahuru.

Berteman, persaudaraan sampai datangnya perjodohan itu kalau satu dan satunya bisa saling asuh-mengasuh, istiqaroh bisa semakin baik. Kalaupun ada perselisihan sekali dua kali itu sudah biasa, bisa menambah eratnya pertalian persaudaraan. Tetapi sebaliknya kalau sama-sama susah menempatkan sifat saling asuh-mengasuh itu jelas bakal langka kelanjutannya, berbeda pendapat sedikit saja bisa membuat perselisihan.

11. Tepa slira lan mawas dhiri iku dadi oboring laku nggayuh rahayu, minangka jimat paripih tumraping ngaurip, munggahe bisa nyedhakake rasa asih lan ngedohake watak drengki lan daksiya marang sapepadhane. Sregep mawas dhiri ateges bakal weruh marang kekurangan lan cacade dhewe, saengga wusanane thukul greged ndandani murih apike.

Tenggang rasa dan intropeksi itu jadi penerang jalan dalam mengapai keselamatan, sebagai pusaka (benteng diri) hidup kita, dapat mendekatkan pada rasa kasih sayang dan menjauhkan watak iri dan sewenang-wenang pada sesama. Selalu intropeksi artinya tahu akan kekurangan dan cela diri kita, sehingga akhirnya tumbuh keinginan memperbaiki bagaimana baiknya.

12. Wong kang ora nate nandhang prihatin ora bakal kasinungan rasa pangrasa kang njalari tekane rasa trenyuh lan welas lahir batine. Wong kang wis nate ketaman ing prihatin, luwih bisa ngrasakake penandange wong liya. Mula adhakane luwih gelem aweh pitulungan marang kang kasusahan.

Orang yang tidak pernah merasakan prihatin (kesusahan) tidak akan ketempatan rasa sejati yang menimbulkan datangnya rasa iba dan kasih sayang lahir batin. Orang yang sudah pernah merasakan prihatin (kesusahan), lebih dapat merasakan penderitaan orang lain. Maka biasanya lebih mengerti dan suka memberi pertolongan yang lagi mendapat kesusahan.

13. Tembung kang kurang prayoga kang kalair mung marga kadereng dening dayaning hawa nafsu iku pancen sakala iku bisa aweh rasa pemarem. Nanging sawise iku bakal aweh rasa getun lan panutuh marang dhiri pribadhi, kang satemah tansah bisa ngrubeda marang katentremaning pikir lan ati. Guneman sethithik nanging memikir akeh iku kang tumrape manungsa bisa aweh katentreman lan rasa marem kang gedhe dhewe.

Ucapan yang kurang baik yang terucap hanya suatu sebab desakkan kekuatan hawa nafsu itu, memang seketika bisa membuat rasa puas. Tetapi setelah itu dapat memberi rasa menyesal dan menyalahkan pada diri sendiri, yang selalu menganggu ketentraman pikiran dan hati. Berbicara sedikit tetapi berfikir luas, maka sebagai manusia telah bisa memberi ketentraman dan rasa sangat puas yang besar.

14. Kita iki kejaba ndarbeni badan wadhag lan pancadriya, siji maneh kita uga darbe osiking ati. Darbe kita iki ora kasat mata, ora kena ginrayang, nanging tansah ajeg elik-elik marang bebener yen lagi nandhang pletiking pakarti lan cipta ala, munggahe katuwuhan krenteg tumindak laku ngiwa. Mula poma dipoma, tansah bisoa ngrungokake osiking atimu, awit iku kang ngajak sak paripolahmu tumuju menyang karahayuning urip.

Kita ini selain mempunyai badan jasmani dan pancaindriya, satu lagi kita juga mempunyai hatinurani. Kepunyaan kita ini tidak dapat dilihat, tidak bisa diraba, tetapi selalu mengingatkan kepada kebenaran kalau sedang mengalami kealpaan dan angan-angan yang kurang baik, jikalau diteruskan mempunyai keinginan melakukan perbuatan kurang baik. Maka berhati-hatilah, harus bisa mendengarkan suara hatimu, sebab itu yang mengajak setiap prilakumu menuju jalan keselamatan hidup.

15. Kawruh lan ilmu pengetahuan iku mung bisa digayuh lan dikuwasani kanthi laku kang laras karo apa kang diwulangake. Lire ajaran teorine kudu bisa dicakake lan ditrapake kanggo karaharjaning bebrayan. Wondene lakune mono kudu sinartan tekad kang gilig lan kekarepan kang tulus lan mantep kinanthenan kateguhaning iman, kanggo ngadhepi sakehing panggodha sarta nyingkiri sikep laku kang sarwa dudu.

Pengatahuan dan ilmu pengetahuan itu hanya bisa diraih dan dikuasai dengan laku yang selaras dengan apa yang diajarkan. Intinya adalah pelajaran teori harus bisa dilaksanakan dan dipratekkan untuk kemuliaan kehidupan. Oleh sebab itu caranya harus dibarengi tekad yang bulat dan keinginan yang tulus dan mantap serta dengan berbekal keteguhan iman, untuk menghadapi semua godaan serta menyingkirkan sikap perbuatan yang tidak pada tempatnya.

16. Siji-sijine dalan amrih kaleksanan ing gegayuhan, yaiku makarti kang sinartan kapercayaan lan keyakinan menawa apa kang sinedya mesthi dadi. Yen mung kandheg ing gagasan lan kukuhing karep wae, tanpa tumandang lan makarya minangka sarana panebuse, wohe ya ora beda kaya dene wong ngimpi. Cilakane maneh yen selagine nganggit-anggit mau wis kaselak ngrasakake kanikmatane ing pengangen-angen, wusanane dadi lumuh ing gawe lan wedi ing kewuh.

Satu-satunya jalan supaya tercapainya sebuah keinginan, yaitu bekerja yang dibekali dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa apa yang diharapkan pasti jadi. Kalau hanya berhenti pada gagasan/ide dan kuatnya keinginan saja, tanpa berbuat dan bekerja sebagai sarana pengganti, hasilnya juga tidak berbeda seperti orang yang bermimpi. Celakanya lagi kalau hanya mengarang-arang, akhirnya jadi malas bekerja dan takut merepotkan.

17. Ora ana penggawe luwih dening mulya kejaba dedana sing uga ateges mbiyantu nyampeti kekuranganing kabutuhane liyan. Dedana marang sapepadha iku ateges uga mitulungi awake dhewe nglelantih marang rasa lila legawa kang uga ateges angabekti marang Pangeran Kang Maha Welas Asih. Pancen pangabekti mono wis aran pasrah, dadi kita ora ngajab marang baline sumbangsih kita. Kabeh iku sing kagungan mung Pangeran Kang Maha Kuwaos, kita ora wenang ngajab wohing pangabekti kanggo kita dhewe. Nindakake kabecikan kanthi dedana kita pancen wajib nanging ngundhuh wohing kautaman kita ora wenang.

Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia selain beramal yang juga bisa berarti membantu mencukupi kekurangan kebutuhan orang lain. Bersedekah pada sesama itu berarti juga membantu diri sendiri melatih pada rasa tulus dan ikhlas yang juga berarti berbakti pada Tuhan Yang Maha Penyayang. Memang berbakti sudah berarti pasrah, jadi jangan pernah berharap kembali apa yang telah kita sumbangkan. Semua itu milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita tidak kuasa berharap buahnya persembahan untuk diri kita pribadi. Berbuat kebaikan dengan beramal hukumnya wajib tetapi memetik buahnya kebaikan kita tidak berhak.

18. Nggayuh kaluhuran mono ateges ngupaya tataraning urip kang luwih dhuwur. Ya dhuwur ing lahir ya uga ing batin. Lire sing murakabi kanggo dhiri pribadi, sumarambah tumrap bebrayan agung. Sapa kang mung mligi nggayuh kaluhuraning lahir, ateges mung mburu drajat, semat lan pangkat, durung aran jejeg uripe. Suprandene sapa kang mung ngemungake kaluhuran batin, ateges ora nuhoni jejering manungsa ing alam donya iku kang kudu tumandang gawe kanggo donyane.

Mengapai kemulian berarti berusaha mencapai tahapan hidup yang lebih tinggi. Ya tinggi di lahir dan juga di batin. Intinya yang bermanfaat untuk diri pribadi, dan juga untuk semua kehidupan. Siapa yang hanya mengapai kemuliaan lahiriah, berarti hanya memburu derajat/pangkat, belum bisa dikatakan lurus hidupnya. Demikian halnya siapa yang hanya mengapai keutamaan batin, berarti tidak sesungguhnya tampil sebagai manusia di alam dunia yang harus bekerja untuk kelestarian alam.

19. Sarupaning wewadi sing ala lan sing becik yen isih kok gembol lan mbok keket kanthi remit ing ati salawase isih tetep dadi baturmu. Nanging yen wis mbok ketokake sathithik wae bakal dadi bendaramu kang ngidak-idak sirahmu. Selagine mung nyimpen wewadine dhewe wae wis abot, apa maneh yen nganti pinracaya nggegem wewadine liyan. Mula saka iku ojo sok dhemen lan kepengin meruhi wewadine liyan. Sing wis cetha mung bakal nambahi sanggan sing sejatine dudu wajibmu melu open-open.

Segala macam rahasia yang jelek dan baik kalau masih kamu simpan dan disembunyikan dengan rahasia di dalam hati selamanya masih tetap menjadi temanmu. Akan tetapi kalau sudah kamu perlihatkan sedikit saja akan jadi tuanmu yang menginjak-injak kepalamu. Seandainya hanya menyimpan rahasia kita sendiri itu sudah berat, apa lagi kalau dipercaya menyimpan rahasianya orang lain. Yang sudah jelas akan menambahi beban yang sebenarnya bukan merupakan kewajiban kita untuk ikut memelihara.

20. Sok sopoa bakal nduweni rasa kurmat marang wong kang tansah katon bingar lan padhang polatane, nadyan ta wong mau nembe wae nandhang susah utawa nemoni pepalang ing panguripane. Kosokbaline, wong kang tansah katon suntrut kerep ngrundel lan grenengan, merga ora ketekan sedyane iku, cetha bakal kaoncatan kekuwatan ing batin lan tenagane, tangeh lamun entuka pitulungan kepara malah dadi sesirikaning mitra karuhe.

Siapapun akan mempunyai rasa hormat pada orang yang selalu kelihatan bersuka cita dan terang perangainya, meskipun orang itu baru saja mengalami kesusahan atau mendapatkan cobaan hidup. Sebaliknya, orang yang selalu kelihatan susah sering ngomel dan mengumpat, sebab tidak tercapai keinginannya, jelas akan kehilangan kekuatan batin dan tenaganya, jangan berharap mendapatkan pertolongan malah akan di jauhi teman dan kerabat.

source : http://alangalangkumitir.wordpress.com